Minggu, 07 Mei 2023

Apakah Mempunyai Pacar Ketika Sekolah Mengurangi Stress Belajar?

 Apakah Mempunyai Pacar Ketika Sekolah Mengurangi Stress Belajar?

Maryam Abida Shofin


Menurut KBBI, jatuh cinta ialah menaruh cinta kepada. Maka, dapat ditafsirkan bahwa jatuh cinta ialah ketika kita menaruh rasa cinta kepada apapun itu. Lalu, dari rasa tersebut, munculah aksi-aksi untuk menunjukkan rasa tersebut kepada yang dituju. Jika kepada benda, kita akan menjaga benda itu dengan sepenuh hati. Jika kepada manusia, kita akan mengungkapkan rasa cinta kita kepada orang tersebut. Istilah kerennya love confession. Proses selanjutnya adalah apabila cinta kita diterima. Sudah menjadi kebiasaan bagi setiap orang di Indonesia untuk berpacaran apabila mereka saling mencintai. Mulai dari pelajar sekolah dasar hingga pelajar sekolah menengah sudah mempunyai pacar. Mempunyai pacar seperti menjadi tren baru di kalangan anak-anak muda Indonesia. Salah satu dampak pacaran dalam kesehatan adalah mengurangi rasa stress belajar. Ini disebabkan karena dukungan positif dari pacar ketika sedang stress membantu tubuh untuk lebih banyak memproduksi hormon oksitosin yang dapat menurunkan kadar stress dan lemas. Selain itu, sentuhan fisik ketika berpacaran seperti memeluk, memegang tangan juga dapat mengurangi kadar hormon yang menyebabkan stress (Bella, 2023).


Pacaran dapat mengurangi stress juga turut disebabkan oleh kedua pasangan tersebut dapat bertukar motivasi dan saling mendukung satu sama lain. Dalam proses belajar motivasi dan dukungan sangatlah penting. Ditambah kedua hal itu datang dari orang yang paling remaja sayangi. Maka, motivasi dan dukungan akan sangat berperan besar dalam mengurangi stress dalam belajar. 


Salah satu sebab pacaran dapat mengurangi stress adalah ketika remaja bertukar cerita tentang sekolah, pertemanan atau lainnya. Dengan usia terpaut sama, membuat remaja semakin nyaman untuk bertukar cerita dengan pasangan mereka. Bertukar cerita adalah salah satu cara untuk mengurangi beban pikiran. Dengan berkurangnya beban pikiran maka berkuranglah juga stress dalam diri seseorang.


Di sisi lain, saya tidak menganggap bahwa pacaran dapat mengurangi stress, pacaran juga dapat menimbulkan masalah yang dapat meningkatkan rasa stress. Dapat diingat bahwa tidak semua orang berlaku baik pada kita, tidak semua orang akan sejalan dengan kemauan kita. Lalu, tidak semua orang dapat menerima perlakuan tidak baik itu. Pengendalian emosi berperan penting dalam proses ini. Sementara, dalam masa remaja, mereka mempunyai emosi yang beragam dan mereka terkesan tidak mampu untuk mengendalikannya hingga mulai memasuki fase dewasa. Kedua remaja dengan emosi labil membuat mereka saling berargumen hingga bisa saja salah satu dari mereka melukai salah satu dari mereka. Tidak jarang, di Indonesia kita mendengar kekerasan fisik ketika dalam masa pacaran di saat masa remaja. Bukannya mengurangi stress, tindakan seperti itu akan menambah beban pikiran remaja disamping rasa stressnya dalam belajar. 


Selain itu, potensi kekerasan seksual ketika pacaran juga menjadi salah satu dampak negatif dalam berpacaran. Di masa remaja, perihal baik dan buruk menjadi abu-abu. Cinta yang buta, dapat membuat kedua belah pihak menganggap ini sebuah bukti cinta. Tanpa menyadari konsekuensi yang akan datang di masa depan. Kasus-kasus aborsi menjadi kian naik akibat kurangnya kesadaran atas konsekuensi.


Di umur seperti ini, remaja sedang menjalani puncak proses tidak keseimbangan emosional dan ketidak stabilan dalam banyak hal. Ia berusaha mencari identitas dirinya sendiri di dalam fase remaja. Sementara, tidak selamanya pacaran akan menjadi hal yang mudah tanpa masalah. Di dalam proses penyelesaian masalah dibutuhkan kestabilan emosi di dalam diri keduanya. Contoh nyata tidak kestabilan emosi saat penyelesaian masalah adalah emosi yang meledak-ledak di dalam diri keduanya. Maka, dengan emosi meledak-ledak tersebut, keributan akan sering terjadi di dalam hubungan. Dan tentu saja hal ini dapat menambah stress di dalam diri seorang remaja apabila keributan sering terjadi. 


Tanpa disadari, ketika seseorang berpacaran dunia serasa milik berdua. Mereka tidak menyadari akan adanya orang lain didunia. Seperti itulah kira-kira makna dari kiasan ‘dunia milik berdua’. Dengan begitu, masing-masing dari mereka hanya akan terfokus pada masing-masing pasangannya, yang mengakibatkan kurangnya bersosialisasi dengan orang lain. Perlu diingat bahwa, dunia bukanlah milik berdua melainkan bersama. Ketika, hubungan ini berakhir, remaja akan kesusahan untuk memiliki teman akibat kurangnya bersosialisi dahulu. Tidak mendapat teman akibatnya kurang bersosialisai juga dapat memicu rasa stress pada diri seseorang.


Sudah sepatutnya bagi seorang kekasih memberi hadiah untuk sang kekasih. Bentuk hadiah ini bermacam-macam, ada tulisan, barang, dan lain-lainnya. Dari berbagai bentukan hadiah, lebih sering ditemukan bahwa seorang kekasih akan memberikan hadiah berupa barang. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Untuk membeli barang tersebut, dibutuhkan uang. Mungkin yang awalnya untuk menabung, seorang remaja rela merogoh tabungannya untuk memberikan kekasihnya hadiah. Jika terlalu sering dilakukan, ini dapat menguras tabungan mereka atau dalam kata lain, dapat menguras harta mereka. Tentu saja, ini adalah sebuah kegiatan tidak berguna yang dapat memberikan dampak negatif pada diri remaja. Masalah keungan dapat menambah beban pikiran di dalam diri remaja.


Pada akhirnya, anak-anak muda Indonesia masih menganggap pacaran adalah sebuah hal positif. Mereka menyatakan bahwa membangun hubungan dengan pacar mereka adalah sebuah kesenangan di sela-sela belajar dan dapat mengurangi stress mereka. Maka, dapat disimpulkan bahwa semua ini tergantung dengan pola pikir kita masing-masing.

Minggu, 19 Februari 2023

Is Being a Single Woman better?

             Is Being a Single Woman better?

Adzra A., Brandon L., Maryam A. Shofin


Being a mom is not an easy task, having a lifelong obligation to take care and responsibility to raise their children.but is being a single mother better? 

 The first issue is about being a mom and raising a child is more expensive than being a single woman. On the other hand, life as a single woman is not cheap either.  Although those two lives are expensive, a single woman has less responsibility than a mom, they have more time to work to earn more money. Meanwhile, a mom with children does not have much time for work, instead the government provides grants to help them to raise their children.

As a mum, it is very okay to complain about mom with child life. Being a mum is definitely not easy, challenging, and forever be. On the other hand, it is also okay for a single woman to complain about how a woman without a child lives, both have their own challenges that can not be compared. In conclusion, Mum should be grateful for all the privileges and the presence of a child, at the same time a single woman can also be grateful for the  ability to enjoy life by doing the things she likes without any responsibility to raise a child.